Sabtu, 21 Mei 2016

Musim Durian di Tanah Baduy

Halo semuanya…
Apa kabarnya hari ini?
Semoga sehat selalu dan dalam kondisi yang diberkati. Amin…
Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada para readers. Nama saya Hirfan Ramadhan saya merupakan mahasiswa D3 Pariwisata UNJ angkatan 2014. Saat ini usia saya 18 tahun.
            Pada kesempatan yang sangat banyak ini, saya akan menceritakan tentang musim Durian di Baduy Banten. Saat musim durian, Baduy adalah salah satu daerah tujuan wisata kuliner Durian di Provinsi Banten yang sangat menggoda untuk dikunjungi. Dengan harga yang sangat murah dan rasa yang sangat lezat dan menggigit, durian baduy sangat menggoda untuk dicicipi. Walaupun terletak dipedalaman Banten, masyarakat Baduy sangat terbuka bagi dunia luar, walaupun tidak semua peradaban luar dapat mereka terima.
            Disini saya akan menceritakan pengalaman menarik dan mengesankan saat saya bersama teman satu angkatan mengunjungi Baduy pada tanggal 22-24 Desember 2015 lalu. Sebelum berangkat, kami semua mengadakan briefing mengenai perjalanan ke Baduy dan salah satunya yaitu membahas meeting point saat hari H dan akhirnya kami semua memutuskan untuk berkumpul di stasiun Tanah Abang pukul 6 pagi mekipun kereta akan jalan pukul 8 pagi. Semua itu dilakukan agar tidak ada yang terlambat dan kami semua masih memiliki plenty time untuk melakukan hal lain selama di stasiun seperti sarapan pagi,membagikan tiket kereta dan bahkan sekedar berfoto untuk mengarsipkannya sebagai dokumentasi. Meskipun demikian, salah satu teman saya masih ada yang dating terlambat namun Ia sangat beruntung karena Ia datang saat kereta bergegas untuk berangkat dan hal itu sempat membuat kita semua panik karena dikhawatirkan jika Ia tidak mengikuti perjalanan ini akan mendapat kendala pada mata kuliah pemanduan 2 ini dan bahkan tidak lulus. Kereta yang kita naikkan adalah kereta Kalimaya jurusan Rangkas Bitung. Perjalanan yang ditempuh dari stasiun Tanah Abang menuju stasiun Rangkas Bitung selama kurang lebih 2 jam lamanya. Sepanjang perjalanan banyak sekali aktifitas yang kamu lakukan seperti mendengarkan muik,makan cemilan,berfoto, dan bercanda dengan teman lainnya. Sekitar pukul 10 pagi akhirnya kami tiba di stasiun Rangkas Bitung dan ternyata saat kami tiba, Kang Arji sudah menyambut kedatangan kami semua. Kang Arji adalah salah satu warga Baduy luar yang sedia menjadi penunjuk arah untuk mencapai ke Baduy. Usianya sekitar 50 tahun meskipun demikian Ia masih bersemangat dan bertenaga. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Ciboleger menggunakan mobil elf yang muatannya mencapai kurang dari 20 orang. Kami semua memutuskan untuk menggunakan 4 mobil elf karena jumlah kami yang mencapai kurang lebih 60 orang. Perjalanan menuju Ciboleger tidak seperti yang diharapkan karena kontur jalan yang tidak merata,debu berterbangan dimana-mana namun semua itu seolah kami lupakan dengan rasa penasaran aya dengan Durian Baduy yang konon sedang panen itu. Akhirnya setelah 2 jam lamanya kami pun tiba di desa Ciboleger dan disana telah terpampang tugu yang menggambarkan ciri khas dari masyarakat Baduy mengenakan kostum atau baju keseharian masyarakat lengkap dengan topi petani dimana mencerminkan masyarakat Baduy gemar berkebun.
Patung menyerupai suku baduy di Ciboleger

            Setibanya di Ciboleger, panitia menyuruh untuk makan iang terebih dahulu di rumah makan dan warung-warung kecil di sekitar Ciboleger untuk megisi perut sebagai perediaan untuk trekking ke Marengo yang merupakan salah satu desa di Baduy luar. Akhirnya sekitar pukul 2 siang kami mulai melakukan trekking bersama-sama dipandu oleh Kang Arji sebagai penunjuk arah. Ditengah perjalanan,kami melakukan diskusi oleh salah satu Jaro di Baduy yang ditugaskan oleh pemangku adat untuk menerima tamu yang datang dan untuk membahas mengenai aturan-aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berkunjung dan dicampur oleh pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman mengenai Baduy itu sendiri. Diskusi dilakukan Selama setengah jam sebelum akhirny melanjutkan perjalanan kembali. Perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki selam kurang lebih satu jam dengan kondisi jalan yang tidak teratur karena terkadang menanjak dan menurun. Semua itu membuat kami sangat lelah dam tak jarang beberapa dari teman menggunakan jasa porter untuk meringnkan beban selama trekking menuju Baduy luar. Sepanjang perjalanan banyak masyarakat dari Baduy dalam khususnya memikul Durian dengan jumlah yang tidak sedikit dan hal itu terlihat beberapa menit sekali menunjukkan tanda bahwa musim Durian sedang tiba.
Salah satu masyarakat baduy dalam yang sedang memikul Durian panen

Singkat cerita kami pun tiba di desa Marengo Baduy luar. Panitia langsung membagikan homestay kepada para peserta agar dapat berisitirahat setelah melakukan perjalanan panjang. Seperti yang udah saya jelaskan bahwa musim Durian memang telah tiba. Baru saja tiba banyak warga berlomba untuk menjualkan Durian nya kepada kami dengan harga  yang bermacam-macam dan akhirny kami semua memutuskan untuk patungan dam membeli Durian-Durin tersebut. Durian di Baduy luar harganya relatif tergantung ukuran besar atau kecilnya Durian yaitu berkisar Rp 15.000 untuk satu durian kecil dan Rp 20.000 – Rp 30.000 untuk satu Durian yang besar. Harganya tentative karena kalian bisa menawarnya.
            Tanah Baduy sangat luas dan luasnya mencapai kurang lebih 5000 hektar, dengan 30 persen dimanfaatkan sebagai rumah tinggal dan sekitar 70 persen sebagai lahan perkebunan dan salah satunya adalah Durian. Baduy dalam dan Baduy luar dialiri oleh sungai Ciujung Baduy kemudian wilayah suku baduy ini memiilki 56 kampung dan terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Baduy dalam yang terdiri dari 3 kampung diantaranya Kampung Cibeo,Cikeusik, dan Cikertawarna sedangkan Baduy luar yang terdiri dari 53 kampung. Betapa beruntungnya kami semua karena kami datang pada saat musim Durian tiba. Keesokan harinya kami mulai trekking ke kampong Cibeo dan kali ini kang Arja ikut mendampingi untuk menuju baduy dalam.
Trekking dari desa Marengo menuju Cibeo (salah satu desa Baduy dalam)

Kang Arja adalah seorang baduy dalam yang sangat taat pada tradisi dan aturan adat yang dibuat di Baduy dalam meskipun usianya sudah tak muda lagi Iamasih kuat untuk melakukan trekking selama 6 jam lamanya bahkan lebih dari Baduy dalam-Ciboleger-Baduy dalam dengan kondisi jalanan yang sangat tak teratur bayangkan saja Ia melakukannya tanpa alas kaki sedikitpun. Selama perjalanan saya bertanya-tanya banyak soal apapun di Baduy dan salah satunya Durian. Ia mengatakan musim Durian ini berlangsung selama 5-6 bulan sekali dan merupakan salah satu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat karena setiap kali musim Durian datang mereka sangat senang itu artinya rezeki akan segera datang sehingga masyarakat bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dengan cukup.
Bersama kang Arja (sesosok Baduy dalam yang mengantarkan saya masuk ke Cibeo)

Singkat cerita setelah melakukan perjalanan 3 jam akhirnya kami tiba di desa Cibeo yang merupakan salah satu desa terdekat Baduy dalam. Bayangkan saja yang terdekat saja ditempuh dengan waktu 3 jam dan lelahnya bukan kepalang. Itulah yang membuat saya dan teman saya semua salut kepada mereka. Mereka berjalan kaki selama berjam-jam namun masih tetap kuat dan tak ada rasa mengeluh sedikitpun bahkan dengan memikul durian sekalipun dengan jumlah yang tidak sedikit. Dan bahkan yang membuat takjub lagi adalah mereka yang memikul Durian bukanlah dari kalangan lelaki aja namun juga perempuan mulai dari ibu-ibu dan remaja puteri dan bahkan anak-anak pun ikut memikul Durian tersebut. Ketika ditanya mengapa anak kecil dilibatkan untuk memikul Durian mereka menjawab yaitu untuk membantu kedua orang tuanya dan mereka juga senang jika bisa membantu orangtuanya. Saat di Cibeo kami langsung berisitirahat di salah satu rumah warga sambil berbincang-bincang dengan mereka. Tak disangka saat berbincang-bincang kami disuguhkan oleh Durian dan betapa senangnya hati ini karena setidaknya kelelahan kami terbayar oleh Durian yang diberikan warga Cibeo.
Bersantai didepan rumah adat suku baduy

Saat saya makan, rasanya sangat enak dan berbeda dengan Durian-Durian yang pernah saya makan selama hidup saya. Rasanya manis dan teksturnya tebal dan tentu diiringi oleh bau khas dari Durian yang sangat menggoda. Peminat dari buah ini sangat beragam mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Yang membuat saya takjub adalah Durian Baduy bisa membuat teman saya tidak pada Durian menjadi suka karena penasaran ingin mencicipi rasanya dan ketika saya tanya rasanya seperti apa Ia menjawab “Rasanya enak namun saya tidak tahan dengan baunya”. Ya memang alasan utama orang tidak suka Durian adalah karena bau yang sangat menyengat yang sebagian orang belum tentu menyukainya namun ketika Ia bilang seakan bertanda bahwa rasa dari Durian Baduy ini memang enak karena orang yang tidak suka pun mengatakan demikian itu juga berarti bahwa kualitas dari Durian Baduy memang tidak ada tandingannya. Mengapa Durian di Baduy sangat berbeda dengan Durian lainnya? Itu karena buah ini dipanen saat matang dipohonnya sehingga kualitasnya sangat baik. Karena Durian yang pernah ada jumpai kebanyakan dipanen saat Durian belum matang dari pohonnya alia didiamkan selama jangka waktu tertentu hingga matang sehingga rasanya pun kurang enak dan cenderung asam. Ukuran Durian yang di panen sangat beragam dari yang terkecil hingga yang paling besar. Dan mereka menentukan harga lewat ukuran dari Durian yang mereka panen.
Anak lelaki baduy dalam yang memikul Durian menuju Ciboleger

Selama musim panen biasanya banyak para tengkulak mendatangi pemilik kebun durian untuk dibeli secara borongan buah yang ada di pohon dengan harga perkiraan pasaran. Mereka para tengkulak untuk dipasok ke Rangkasbitung, Tangerang dan Jakarta. Dengan datingnya banyak tengkulak membuat masyarakat sangat senang karena hasil panen mereka tidak sia-sia dan terbayar dengan uang yang dibayarkan. Nantinya uang yang mereka dapatkan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari mereka bersama dengan keluarganya.


*Terima kasih kepada para pembaca dan saya sangat berharap akan komentar kalian mengenai postingan saya ini*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar