Sabtu, 21 Mei 2016

Wisata - Wisata menarik di Sukabumi

Hallo Semuanya, Apa Kabarnya?
Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu
Nama saya Hirfan Ramadhan dan saya mahasiswa pariwisata Universitas Negeri Jakarta angkatan 2014. Dan kali ini saya ingin meng-explore mengenai objek-objek wisata yang ada di Sukabumi, Jawa Barat.
SUKABUMI
Kota Sukabumi merupakan salah-satu kota dengan luas wilayah terkecil di Jawa Barat. Ada yang mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu Suka-Bumen, yang bermakna bahwa pada kawasan yang memiliki udara sejuk dan nyaman ini membuat orang-orang suka bumen-bumen atau menetap. Penjelasan yang lebih masuk akal adalah bahwa nama "Sukabumi" berasal dari bahasa Sansekerta suka, "kesenangan, kebahagiaan, kesukaan" dan bhumi, "bumi". Jadi "Sukabumi" artinya "bumi kesukaan".
Peta Sukabumi, Jawa Barat

Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106° 45’ 50’’ Bujur Timur dan 106° 45’ 10’’ Bujur Timur, 6° 49’ 29’’ Lintang Selatan dan 6° 50’ 44’’ Lintang Selatan, terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 m diatas permukaan laut, dengan suhu maksimum 29 °C. Kota ini terletak 120 km sebelah selatan Jakarta dan 96 km sebelah barat Bandung, dan wilayahnya berada di sekitar timur laut wilayah Kabupaten Sukabumi serta secara administratif wilayah kota ini seluruhnya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi.
Dari sisi pariwisata Sukabumi menyimpan banyak sekali kekayaan wisata didalamnya dari mulai pegunungan,pantai, hingga desa wisata pun terdapat didalamnya. Dan saya akan menjelaskan mengenai kawasan-kawasan wisata yang terdapat di Sukabumi sebagai berikut.

1.      Pantai Ujung Genteng
Merupakan sebuah pantai indah yang memiliki tempat penangkaran penyu hijau. Pantai ini berlokasi di Kecamatan Ciracap, lebih kurang sekitar 220 km dari kota Jakarta. Walaupun jarak menuju pantai ini cukup jauh, namun anda tidak akan kecewa jika sudah berada di kawasan Pantai Ujung Genteng, karena anda akan melihat langsung pantai yang berpasir putih dengan ombak yang menggulung.
Pantai Ujung Genteng

Pantai Ujung Genteng menawarkan keharmonisan alam sehingga bisa mengobati segala kepenatan dari rutinitas sehari-hari. Di sini anda dapat berselancar dan juga memancing. Tiket masuk menuju pantai Ujung Genteng sebesar 8.000/orang. Selain itu di pantai Ujung Genteng juga tedapat tempat wisata menarik lainnya khususnya pantai diantaranya adalah Pantai Pangumbahan, Muara Cipanarikan, Cibuaya, dan lainnya. Jika anda berkunjung ke pantai Pangumbahan, anda bisa melihat pelepasan tukik (anak Penyu) dengan biaya masuk Rp10.000/orang. Sedangkan jika ingin melihat para Penyu bertelur anda harus merogoh kocek lebih sekitar Rp150.000/orang dewasa, Rp75.000/orang mahasiswa dan Rp 50.000/orang anak-anak. Dari Pantai Ujung Genteng anda bisa menyewa motor dengan harga Rp75.000/unit. Ketika tiba di Pantai Pangumbahan anda bisa melihat para Penyu baik yang bertelur maupun pelepasan Tukik.
Pelepasan Tukik (anak Penyu) di pantai Pangumbahan

Penyu-penyu tersebut dengan ukuran panjang antara 80-150 cm itu mengeluarkan puluhan telur bulat kecil berwarna putih lalu menutupnya dengan pasir. Penyu yang bertelur di pantai Pangumbahan sebagian besar adalah spesies penyu hijau (Chelonia mydas). Penyu hijau termasuk salah satu jenis penyu yang dilindungi karena populasinya sudah jauh berkurang. Penyu baru bisa bertelur setelah mencapai usia 50 tahun. Dari puluhan telur yang ia keluarkan itu, hanya satu atau dua penyu yang akan bertahan hidup hingga usia yang mencukupi untuk bertelur di tempat yang sama ketika dia menetas. Siklus kehidupan itu telah berlangsung selama ribuan tahun, namun baru beberapa puluh tahun terakhir siklus tersebut terganggu karena tangan serakah manusia yang mencuri telur penyu dan membunuh penyu untuk diambil cangkangnya sebagai pajangan.
Untuk rombongan bus atau pengendara kendaraan pribadi, rute perjalanan ke lokasi wisata Ujung Genteng dimulai dari Sukabumi, kemudian terus mengikuti rambu yang menuju ke arah Cibadak. Sesampai di perempatan, akan ada jembatan Kuning. Ikuti jalan tersebut hingga Anda menemukan Jalan Raya Ujung Genteng. Kondisi jalan tergolong semi off-road, untuk itu Anda patut mempersiapkan kondisi kendaran yang prima agar dapat berjalan dengan lancar ke lokasi. Jika Anda melakukan perjalanan dengan transportasi umum, ada dua rute yang dapat dijadikan sebagai acuan. Apabila Anda dari arah Jakarta, berhentilah di Terminal Degung, Sukabumi. Kemudian naik angkutan umum jurusan Bhayangkara, lalu berhenti di Toserba “Yogya”..
2.      Curug Cikaso
Curug Cikaso beralamat di Kampung Ciniti, Desa Cibitung, Kecamatan Surade,Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Curug Cikaso sebenarnya bernama Curug Luhur, mengalir dari anak sungai Cikaso yang bernama Cicurug. Tapi oleh kebanyakan orang, curug ini lebih dikenal dengan nama Curug Cikaso.  Curug Cikaso terbentuk dari tiga titik air terjun yang berdampingan dalam satu lokasi dengan di bagian bawahnya terdapat kolam dengan warna airnya hijau kebiru-biruan. 
Pesona Curug Cikaso

Kedua titik air terjun dapat terlihat dengan jelas sedangkan yang satu agak tersembunyi dengan tebing yang menghadap ke timur.  Masing-masing air terjun mempunyai nama masing. Yang kiri bernama Curug Asepan, tengah bernama Curug Meong dan kanan bernama Curug Aki.  Ketiga curug ini memiliki ketinggian sekitar 80 meter dengan lebar tebingnya sekitar 100 m. Berkunjung ke Curug Cikaso sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bias sinar matahari yang baru terbit akan tercipta dengan jelas dari butir-butir halus cipratan air terjun.  Sebaiknya menggunakan jasa pemandu yang tersedia agar tidak tersesat karena untuk menuju lokasi curug ini tidak ada petunjuk jalan. Berikut biaya-biaya yang terdapat di Curug Cikaso.
§  Kendaraan Mobil Rp 27.000,- per mobil + uang parkir Rp 6.000,-
§  Pejalan Kaki Rp 3.000,- per orang
§  Kebersihan Rp 2.000,-/ orang
Sewa lainnya
§  Sewaan Perahu Rp 60.000,- / perahu kapasitas 10 penumpang (alternatif bisa jalan kaki alias gratis)
§  Toilet Rp.2.000,- untuk sekali pakai
Di kawasan ini juga terdapat curug yang lain yaitu Curug Calem, Curug Cikatomas dan Curug Cigangsa yang berjarak tempuh ± 30 menit atau sekitar 10 km.
Berjarak tempuh sekitar 8 kilometer dari Surade, 15 kilometer dari Jampang Kulon, 30 kilometer dari Ujunggenteng, dan sekitar 110 kilometer dari Kota Sukabumi. Atau +/- 70 km dari Palabuhan ratu. Umumnya perjalanan menuju Curug Cikaso diawali dari kota kecil Surade yang memakan waktu tempuh sekitar setengah jam (berjarak tempuh sekitar 8 km) dengan kendaraan roda dua atau empat hingga tiba di pertigaan Jalan Cikaso dengan kondisi jalan yang berliku dan beraspal baik, namun di akhir perjalanan akan ditemui kondisi jalan mulai berbatu.  
Bagi yang menggunakan kendaraan umum dapat naik angkot dari kota Surade dengan rute Surade - Cikaso.  Tarif angkot ini Rp 6000 per orang.  Turun di Jalan Raya Cikaso, di simpang tiga menuju curug. Dari Simpang tiga (sebagai jalan masuk dan juga tempat parkit bagi yang membawa kendaraan) ini perjalanan diteruskan dengan berjalan kaki sekitar 2 km menuju lokasi melewati pematang sawah dan ladang penduduk.  Atau juga bisa menumpang truk pasir yang biasa lewat menuju curug ini.  Selain itu dapat juga menggunakan sampan dengan menyusuri sungai Cikaso.  Sampan ini banyak tersedia di sekitar Jembatan Cikaso.  Waktu tempuh sekitar 15 menit dari warung dekat pertigaan atau persimpangan jalan menuju Curug Cikaso dan Curug Cigangsa. Setelah sampai di dekat tepian daratan menuju curug, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak sejauh 100 m hingga tiba di lokasi curug.
3.      Sungai Citarik
Sungai Citarik adalah wisata bagi para pecinta Rafting. Karena aliran air disini memang cukup deras, beberapa batu terlihat di tengah-tengah sungai. Keberadaan sungai citarik, selain untuk kegiatan rafting juga digunakan untuk berbagai kegiatan warga seperti untuk irigasi di sawah, mencuci pakaian dan lainya. Sungai citarik yang merupakan salah satu tempat favorit untuk kegiatan rafting di jawa barat ini terletak di kecamatan cikidang sukabumi. Jika sobat berasal dari jakarta dibutuhkan waktu sekitar 3 hingga 4 jam perjalanan untuk mencapai lokasi sungai citarik.Jalan menuju lokasi pun cukup enak, karena jalanya lebar walaupun berkelak-kelok. Untuk menikmati rafting di sungai citarik alangkah baiknya datang pada musim hujan. Karena suhu disana cukup rendah, sebaiknya sobat membawa pakaian yang tebal dan hangat. Di sungai citarik ini ada beberapa paket rafting dengan harga yang berbeda-beda. Sungai Citarik di Sukabumi ini dapat ditempuh dengan rute Bogor-Cicurug-ParungKuda-Cikidang. Jika sobat sudah sampai di pertigaan dekat polsek cikidang ambilah ke kiri. Nah dari situ sebenarnya sudah banyak petunjuk arah menuju sungai citarik. Memacu adrenalin dengan rafting di sungai citarik adalah hal yang wajib dicoba ketika berkunjung ke sukabumi jawa barat.
Keseruan rafting di sungai Citarik

4.      Kampung Adat Cipta Gelar
Kampung Adat Ciptagelar berada di Kampung Sukamulya (Ciptagelar) Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Sukabumi Propinsi Jawa Barat tepat di bawah kaki Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS), sebelumnya Kampung Adat Ciptagelar berada di Kampung Ciptarasa (Sirnarasa). Akan tetapi, pada bulan Juli tahun 2001 masyarakat adat ini melakukan Hijrah dari Ciptarasa ke Ciptagelar. Perpindahan kampung ini tidak lain perintah (Wangsit) yang di dapat oleh Abah Anom pada waktu itu Bapak Encup Sucipta ( Sesepuh) dari para leluhurnya, yang mau atau tidak harus mengikuti wangsit tersebut. Perpindahan tempat ini bukan kali pertama dilakukan karena dari berbagai sumber yang saya temukan, dari rentang waktu tahun 1950-2000-an masyarakat Adat Ciptagelar sudah melakukan beberapa kali perpindahan tempat tinggal. Ada yang berpendapat perpindahan ini sebagai wangsit dari para leluhurnya dan ada pula yang berpendapat bahwa perpindahan ini sebagai upaya untuk menapak tilasi dan mengurus wilayah adat Kasepuhan yang berada di tiga wilayah kabupaten yaitu wilayah Bogor, Banten dan Sukabumi. Perlu di ketahui pula bahwa jumlah komunitas Kasepuhan Ciptagelar berjumlah sekitar 16.000 jiwa lebih yang tersebar di tiga wilayah kasepuhan tadi.
Kampung adat Ciptagelar

Ciptagelar saat ini di bawah komando Abah Ugi nama lengkapnya Ugi Sugriana Rakasiwi menggantikan almarhum ayahnya yang meninggal pada tahun 2007 yakni Abah Anom Bapak Encup Sucipta. Dengan didampingi Emak Alit (Istri Abah) dan 1 orang anaknya serta Baris Kolot dan jajarannya stafnya, Abah Ugi yang saat ini berumur 30 Tahun, tergolong muda sebagai seorang sesepuh adat,dengan bekal pengetahuan di bidang elektro dan bakat ‘Ngulik’nya, Abah Ugi mampu membangun peradaban Kasepuhan Ciptagelar yang modern namun tidak meninggalkan adat leluhurnya, Dengan pembuktian sudah adanya 4 turbin PLTA yang mampu menerangi sekitar 100 kepala keluarga hasil konsep Abah Ugi, bukti lainnya adalah sudah ada Studio Radio dan Stasiun Televisi yang bernama CIGA TV, dan paling menakjubkan lagi saat ini Abah sedang fokus melakukan pemetaan wilayah Ciptagelar menggunakan pesawat tanpa awak (Drone) dengan membuat, merakit dan menerbangkan Drone sendiri.
Abah Ugi

            Bila berniat memilih track melalui kampung Cimaja-Cikotok, perjalanan menuju Kampung Adat Ciptagelar bisa lebih cepat, karena jalan yang akan dilalui setengahnya sudah beraspal dan sisa jalan selanjutnya hampir sama tipenya dengan jalur kampung Cikakak, dengan bebatuan besar, kerikil dan tanah liat. Jaraknya sekitar 13 km dengan  waktu tempuh sekitar 2 jam berkendara menggunakan motor dengan kecepatan sekitar 60-70 km. Spesifikasi kendaraan baiknya seperti yang saya utarakan di poin 1, karena medannya memang lumayan sulit. Untuk kalian yang belum pernah ke Kampung Ciptagelar, punya nyali lumayan buat asruk-asrukan saya rekomendasikan melalui jalur ini. Bila nanti di jalan banyak pertigaan jalan jangan sungkan untuk bertanya, karena warga sekitar sangat ramah bila di ajak berkomunikasi dengan wisatawan. Melalui jalur ini pada saat datang di Kampung Adat Ciptagelar kalian akan memutari Imah Gede, artinya kalian datang tepat di belakangnya.
5.      Taman Rekreasi Selabintana
Taman Rekreasi Selabintana adalah sebuah tempat wisata Sukabumi yang menawarkan suasana asri dari hijaunya pegunungan, taman rekreasi ini berlokasi di kaki Gunung Pangrango, sekitar 7 km dari utara kota Sukabumi. Taman Rekreasi Selabintana dilengkapi berbagai fasilitas penunjang wisata. Taman rekreasi ini sangat cocok untuk keluarga yang ingin berpiknik menikmati hijaunya pegunungan. Harga tiket masuk menuju taman ini Rp 5.000 dan anda sudah bisa menikmati Taman Rekreasi Selabintana. Di taman ini menyediakan banyak fasilitas menarik, antara lain kolam renang, mushola, toilet, tempat parkir, kawasan bermain, perkebunan teh, lokasi kemah, penginapan, hutan lindung, permainan ATV, flying fox, dan fasilitas lainnya.
Taman rekreasi Selabintana
Cara menuju kawasan objek wisata selabintana dari jakarta, Bekasi, Tangerang, Bandung maupun kota lainnya terbilang sangat mudah, cukup dua kali naik kendaraan umum pengunjung bisa sampai di depan pintu masuk. Rute pertama ialah menggunakan bus menuju terminal sukabumi, kemudian dilanjutkan dengan naik angkot no 15 yang langsung mengantarkan dan berhenti di pintu masuk selabintana.
6.      Situ Sukarame
Situ Sukarame adalah sebuah situ yang terletak di sebelah selatan kaki gunung Salak, tepatnya di kecamatan Parakansalak,kabupaten SukabumiAir di situ tersebut jernih, dan dikelilingi hutandamar, hutan pinusdan kebun teh. Sukarame adalah tempat bertemunya 7 sungai, yakni sungai Cikahuripan, sungai Cisalada, sungai Citaman, sungai Cisarandi, sungai Cimaci, sungai Cipangelah, dan sungai Cisela. Tuan Hola, yaitu bangsa Belanda yang saat itu mempunyai ambisi untuk membendung sungai-sungai tersebut dimaksud dijadikan telaga untuk berlayar. Situ Sukarame merupakan situ buatan yang mulai dibangun pada masa Hindia Belanda. Sukarame juga merupakan nama sebuah kampung yang ada di dekat situ Sukarame tersebut. Tidak sulit mencapai lokasi danau tersebut. Perjalanan dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua ataupun empat. Pelancong hanya memakan waktu satu kilometeran dari jalan utama untuk menjangkau situ yang terletak di antara lembah kebun teh.
Situ Sukarame

Khusus pada hari-hari libur tersebut , biasanya ada penyewaan perahu untuk berkeliling setu. Bagi yang ingin mencoba wahana menantang, tersedia Flyingfox, Berselancar dengan tali melintasi Situ. Semua fasilitas hanya dengan bayaran yang murah. Bagi wisatawan yang hobi memancing, Situ Suakrame merupakan lokasi yang tepat untuk kegiatan tersebut, ikan yang terdapat di situ cukup banyak. Pengunjung yang datang disediakan pondok-pondok di pinggir Situ, yang dapat digunakan untuk istirahat. Selain itu banyak pengunjung tidak mesti kesulitan mencari makanan, karena banyak warung yang menyajikan makanan dan berbagai jajanan. Keberadaan Situ berawal dari danau alam yang difungsikan untuk irigasi atau pengairan. Sebab di daerahnya, penduduk masih bergantung pada aktifitas bertani. Di samping jadi objek wisata, situ masih digunakan sebagai sumber irigasi.
Situ Gunung

Situ Gunung ini merupakan danau yang cukup luas dan di kelilingi oleh hutan pinus yang sangat lebat, di sekitar danau terdapat area camping dan juga penginapan yang di kelola SITU GUNUNG PARK (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango). Pesona sunrise di danau ini banyak menyihir para wisatawan yang berkunjung untuk mengabadikan momen yang sangat indah, sangat mengoda dan sangat mengagumkan. Untuk menuju lokasi transportasi nya cukup mudah sekali, kita bisa naik bus dari kampung rambutan Jakarta atau terminal Baranangsiang Bogor. Ambil jurusan sukabumi lalu turun di Pertigaan Cisaat, dari situ kita bisa lanjut naik angkot ke situ gunung atau mengunakan ojek yang banyak sekali terdapat di pertigaan cisaat. Pertigaan cisaat ini kalo dari arah bogor lokasinya sebelum sukabumi. Penginapan ditepi Situ Gunung berkisar harga Rp. 400.000 – Rp. 600.000/malam yg bisa kita sewa. Untuk tiap pengunjung kawasan dikenakan biaya masuk Rp. 3.000/orang, dan sudah termasuk asuransi. Untuk sewa penginapan + info lengkap ttg Situ Gunung Park bisa hubungin 0878-20631-444. 
Suasana camping di Tanakita
Disepanjang jalan menuju Komplek Situ Gunung juga terdapat banyak villa milik warga yang disewakan yang mungkin tarif nya lebih murah jadi tidak perlu khawatir kalo mau menginap disana. Untuk fasilitas di situ gunung lumayan lengkap, ada mushola, tempat parkir yang luas, toilet + banyak warung yg menjual makanan dan dilokasi  ini juga sering di gunakan sebagai tempat outbound para pekerja di perusahaan - perusahaan disekitar Jabodetabek. Disana juga terdapat permainan Flying Fox (Rp. 25.000/orang). Di komplek situ gunung juga terdapat perkemahan mewah yang di kelola oleh Tanakita.

Akhirnya saya sampai di penghujung informasi saya mengenai objek –objek wisata yang terdapat di Sukabumi, Jawa Barat. Berdasarkan objek-objek yang telah saya bagikan dan jelaskan kepada kalian semua saya mengambil kesimpulan bahwa Sukabumi merupakan daerah yang sangat menarik dan tak kalah dengan daerah lainnya di pulau Jawa. Sukabumi menurut saya adalah suatu paket komplit sebagai daerah  yang memiliki tempat wisata dari segala jenis mulai dari danau,sungai,laut, hingga desa adat dimilikki olehnya. Tak lupa juga terdapat gunung yang sangat indah. Begitu banyak sebenarnya potensi yang ada di Sukabumi dan jika dikembangkan dengan serius maka saya yakin sekali Sukabumi akan terkenal di kancah nasional bahkan internasional sekalipun karena tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Selanjutnya saya sangat berpesan kepada para readers yang mungkin setelah membaca tulisan ini langsung tertarik untuk pergi ke Sukabumi dan menikmati salah satu objek wisata yang telah saya jelaskan agar tetap menjaga kelestarian alam yang terdapat di sudut-sudut objek wisata yang anda kunjungi. Karena kita sebagai warga negara jika ingin memajukan pariwisata yang ada di Indonesia kita perlu menanamkan kepatuhan didalam diri kita terlebih dahulu untuk pariwisata Indonesia yang lebih baik lagi.

 Sumber Referensi




*Terima kasih kepada para pembaca dan saya sangat berharap akan komentar kalian mengenai postingan saya ini*

Musim Durian di Tanah Baduy

Halo semuanya…
Apa kabarnya hari ini?
Semoga sehat selalu dan dalam kondisi yang diberkati. Amin…
Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada para readers. Nama saya Hirfan Ramadhan saya merupakan mahasiswa D3 Pariwisata UNJ angkatan 2014. Saat ini usia saya 18 tahun.
            Pada kesempatan yang sangat banyak ini, saya akan menceritakan tentang musim Durian di Baduy Banten. Saat musim durian, Baduy adalah salah satu daerah tujuan wisata kuliner Durian di Provinsi Banten yang sangat menggoda untuk dikunjungi. Dengan harga yang sangat murah dan rasa yang sangat lezat dan menggigit, durian baduy sangat menggoda untuk dicicipi. Walaupun terletak dipedalaman Banten, masyarakat Baduy sangat terbuka bagi dunia luar, walaupun tidak semua peradaban luar dapat mereka terima.
            Disini saya akan menceritakan pengalaman menarik dan mengesankan saat saya bersama teman satu angkatan mengunjungi Baduy pada tanggal 22-24 Desember 2015 lalu. Sebelum berangkat, kami semua mengadakan briefing mengenai perjalanan ke Baduy dan salah satunya yaitu membahas meeting point saat hari H dan akhirnya kami semua memutuskan untuk berkumpul di stasiun Tanah Abang pukul 6 pagi mekipun kereta akan jalan pukul 8 pagi. Semua itu dilakukan agar tidak ada yang terlambat dan kami semua masih memiliki plenty time untuk melakukan hal lain selama di stasiun seperti sarapan pagi,membagikan tiket kereta dan bahkan sekedar berfoto untuk mengarsipkannya sebagai dokumentasi. Meskipun demikian, salah satu teman saya masih ada yang dating terlambat namun Ia sangat beruntung karena Ia datang saat kereta bergegas untuk berangkat dan hal itu sempat membuat kita semua panik karena dikhawatirkan jika Ia tidak mengikuti perjalanan ini akan mendapat kendala pada mata kuliah pemanduan 2 ini dan bahkan tidak lulus. Kereta yang kita naikkan adalah kereta Kalimaya jurusan Rangkas Bitung. Perjalanan yang ditempuh dari stasiun Tanah Abang menuju stasiun Rangkas Bitung selama kurang lebih 2 jam lamanya. Sepanjang perjalanan banyak sekali aktifitas yang kamu lakukan seperti mendengarkan muik,makan cemilan,berfoto, dan bercanda dengan teman lainnya. Sekitar pukul 10 pagi akhirnya kami tiba di stasiun Rangkas Bitung dan ternyata saat kami tiba, Kang Arji sudah menyambut kedatangan kami semua. Kang Arji adalah salah satu warga Baduy luar yang sedia menjadi penunjuk arah untuk mencapai ke Baduy. Usianya sekitar 50 tahun meskipun demikian Ia masih bersemangat dan bertenaga. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Ciboleger menggunakan mobil elf yang muatannya mencapai kurang dari 20 orang. Kami semua memutuskan untuk menggunakan 4 mobil elf karena jumlah kami yang mencapai kurang lebih 60 orang. Perjalanan menuju Ciboleger tidak seperti yang diharapkan karena kontur jalan yang tidak merata,debu berterbangan dimana-mana namun semua itu seolah kami lupakan dengan rasa penasaran aya dengan Durian Baduy yang konon sedang panen itu. Akhirnya setelah 2 jam lamanya kami pun tiba di desa Ciboleger dan disana telah terpampang tugu yang menggambarkan ciri khas dari masyarakat Baduy mengenakan kostum atau baju keseharian masyarakat lengkap dengan topi petani dimana mencerminkan masyarakat Baduy gemar berkebun.
Patung menyerupai suku baduy di Ciboleger

            Setibanya di Ciboleger, panitia menyuruh untuk makan iang terebih dahulu di rumah makan dan warung-warung kecil di sekitar Ciboleger untuk megisi perut sebagai perediaan untuk trekking ke Marengo yang merupakan salah satu desa di Baduy luar. Akhirnya sekitar pukul 2 siang kami mulai melakukan trekking bersama-sama dipandu oleh Kang Arji sebagai penunjuk arah. Ditengah perjalanan,kami melakukan diskusi oleh salah satu Jaro di Baduy yang ditugaskan oleh pemangku adat untuk menerima tamu yang datang dan untuk membahas mengenai aturan-aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berkunjung dan dicampur oleh pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman mengenai Baduy itu sendiri. Diskusi dilakukan Selama setengah jam sebelum akhirny melanjutkan perjalanan kembali. Perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki selam kurang lebih satu jam dengan kondisi jalan yang tidak teratur karena terkadang menanjak dan menurun. Semua itu membuat kami sangat lelah dam tak jarang beberapa dari teman menggunakan jasa porter untuk meringnkan beban selama trekking menuju Baduy luar. Sepanjang perjalanan banyak masyarakat dari Baduy dalam khususnya memikul Durian dengan jumlah yang tidak sedikit dan hal itu terlihat beberapa menit sekali menunjukkan tanda bahwa musim Durian sedang tiba.
Salah satu masyarakat baduy dalam yang sedang memikul Durian panen

Singkat cerita kami pun tiba di desa Marengo Baduy luar. Panitia langsung membagikan homestay kepada para peserta agar dapat berisitirahat setelah melakukan perjalanan panjang. Seperti yang udah saya jelaskan bahwa musim Durian memang telah tiba. Baru saja tiba banyak warga berlomba untuk menjualkan Durian nya kepada kami dengan harga  yang bermacam-macam dan akhirny kami semua memutuskan untuk patungan dam membeli Durian-Durin tersebut. Durian di Baduy luar harganya relatif tergantung ukuran besar atau kecilnya Durian yaitu berkisar Rp 15.000 untuk satu durian kecil dan Rp 20.000 – Rp 30.000 untuk satu Durian yang besar. Harganya tentative karena kalian bisa menawarnya.
            Tanah Baduy sangat luas dan luasnya mencapai kurang lebih 5000 hektar, dengan 30 persen dimanfaatkan sebagai rumah tinggal dan sekitar 70 persen sebagai lahan perkebunan dan salah satunya adalah Durian. Baduy dalam dan Baduy luar dialiri oleh sungai Ciujung Baduy kemudian wilayah suku baduy ini memiilki 56 kampung dan terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Baduy dalam yang terdiri dari 3 kampung diantaranya Kampung Cibeo,Cikeusik, dan Cikertawarna sedangkan Baduy luar yang terdiri dari 53 kampung. Betapa beruntungnya kami semua karena kami datang pada saat musim Durian tiba. Keesokan harinya kami mulai trekking ke kampong Cibeo dan kali ini kang Arja ikut mendampingi untuk menuju baduy dalam.
Trekking dari desa Marengo menuju Cibeo (salah satu desa Baduy dalam)

Kang Arja adalah seorang baduy dalam yang sangat taat pada tradisi dan aturan adat yang dibuat di Baduy dalam meskipun usianya sudah tak muda lagi Iamasih kuat untuk melakukan trekking selama 6 jam lamanya bahkan lebih dari Baduy dalam-Ciboleger-Baduy dalam dengan kondisi jalanan yang sangat tak teratur bayangkan saja Ia melakukannya tanpa alas kaki sedikitpun. Selama perjalanan saya bertanya-tanya banyak soal apapun di Baduy dan salah satunya Durian. Ia mengatakan musim Durian ini berlangsung selama 5-6 bulan sekali dan merupakan salah satu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat karena setiap kali musim Durian datang mereka sangat senang itu artinya rezeki akan segera datang sehingga masyarakat bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dengan cukup.
Bersama kang Arja (sesosok Baduy dalam yang mengantarkan saya masuk ke Cibeo)

Singkat cerita setelah melakukan perjalanan 3 jam akhirnya kami tiba di desa Cibeo yang merupakan salah satu desa terdekat Baduy dalam. Bayangkan saja yang terdekat saja ditempuh dengan waktu 3 jam dan lelahnya bukan kepalang. Itulah yang membuat saya dan teman saya semua salut kepada mereka. Mereka berjalan kaki selama berjam-jam namun masih tetap kuat dan tak ada rasa mengeluh sedikitpun bahkan dengan memikul durian sekalipun dengan jumlah yang tidak sedikit. Dan bahkan yang membuat takjub lagi adalah mereka yang memikul Durian bukanlah dari kalangan lelaki aja namun juga perempuan mulai dari ibu-ibu dan remaja puteri dan bahkan anak-anak pun ikut memikul Durian tersebut. Ketika ditanya mengapa anak kecil dilibatkan untuk memikul Durian mereka menjawab yaitu untuk membantu kedua orang tuanya dan mereka juga senang jika bisa membantu orangtuanya. Saat di Cibeo kami langsung berisitirahat di salah satu rumah warga sambil berbincang-bincang dengan mereka. Tak disangka saat berbincang-bincang kami disuguhkan oleh Durian dan betapa senangnya hati ini karena setidaknya kelelahan kami terbayar oleh Durian yang diberikan warga Cibeo.
Bersantai didepan rumah adat suku baduy

Saat saya makan, rasanya sangat enak dan berbeda dengan Durian-Durian yang pernah saya makan selama hidup saya. Rasanya manis dan teksturnya tebal dan tentu diiringi oleh bau khas dari Durian yang sangat menggoda. Peminat dari buah ini sangat beragam mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Yang membuat saya takjub adalah Durian Baduy bisa membuat teman saya tidak pada Durian menjadi suka karena penasaran ingin mencicipi rasanya dan ketika saya tanya rasanya seperti apa Ia menjawab “Rasanya enak namun saya tidak tahan dengan baunya”. Ya memang alasan utama orang tidak suka Durian adalah karena bau yang sangat menyengat yang sebagian orang belum tentu menyukainya namun ketika Ia bilang seakan bertanda bahwa rasa dari Durian Baduy ini memang enak karena orang yang tidak suka pun mengatakan demikian itu juga berarti bahwa kualitas dari Durian Baduy memang tidak ada tandingannya. Mengapa Durian di Baduy sangat berbeda dengan Durian lainnya? Itu karena buah ini dipanen saat matang dipohonnya sehingga kualitasnya sangat baik. Karena Durian yang pernah ada jumpai kebanyakan dipanen saat Durian belum matang dari pohonnya alia didiamkan selama jangka waktu tertentu hingga matang sehingga rasanya pun kurang enak dan cenderung asam. Ukuran Durian yang di panen sangat beragam dari yang terkecil hingga yang paling besar. Dan mereka menentukan harga lewat ukuran dari Durian yang mereka panen.
Anak lelaki baduy dalam yang memikul Durian menuju Ciboleger

Selama musim panen biasanya banyak para tengkulak mendatangi pemilik kebun durian untuk dibeli secara borongan buah yang ada di pohon dengan harga perkiraan pasaran. Mereka para tengkulak untuk dipasok ke Rangkasbitung, Tangerang dan Jakarta. Dengan datingnya banyak tengkulak membuat masyarakat sangat senang karena hasil panen mereka tidak sia-sia dan terbayar dengan uang yang dibayarkan. Nantinya uang yang mereka dapatkan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari mereka bersama dengan keluarganya.


*Terima kasih kepada para pembaca dan saya sangat berharap akan komentar kalian mengenai postingan saya ini*